Dinamika
pembangunan dalam sepuluh tahun terakhir terasa banyak terjadi
perubahan, termasuk yang berkaitan dengan dunia kepariwisataan di
Indonesia. Selain telah tumbuh banyak obyek baru, event serta atraksi
wisata yang menarik, sejumlah daerah yang dulunya hanya menjadi koridor
wisata kini justru telah berkembang dan layak menjadi daerah tujuan
wisata.
Membaca
perkembangan kondisi seperti itu, Bupati Bantaeng H.Nurdin Abdullah
mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia sudah perlu melakukan penataan
kembali atau me-redesign
jalur-jalur destinasi wisata agar bisa lebih variatif yang dapat
menarik minat lebih banyak kunjungan wisatawan nusantara maupun
mancanegara.
‘’Banyak
obyek wisata baru yang menarik kini tumbuh di daerah-daerah dan bisa
terangkai menjadi destinasi-destinasi baru. Diperlukan grand design baru, terutama good will
kebijakan dari pemerintah pusat untuk perwujudan serta
operasionalisasinya. Apalagi jika jalur wisata tersebut sifatnya
antarwilayah,’’ katanya dalam suatu perbincangan di Kota Makassar.
Nurdin
Abdullah yang belum lama diundang oleh pihak Bank Dunia di Jakarta,
memprensetasekan mengenai kiat Kabupaten Bantaeng yang PAD-nya masih
terbilang kecil tetapi selama ini mampu mengakomodir hampir semua
kebutuhan pembangunannya, menunjuk salah satu contoh jalur wisata baru
Indonesia yang perlu dibuka. Yaitu jalur wisata laut dari Pulau Bali ke
Kota Bantaeng (ibukota Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan).
Jika
jalur wisata Bali – Bantaeng (BB) dapat diujudkan, di jalur ini para
wisatawan dapat menikmati sensasi baru. Setelah menikmati keindahan alam
pantai dan budaya masyarakat yang masih terpelihara baik di Pulau
Dewata, mereka dapat menikmati keindahan alam bawah laut Taman Laut
Nasional Taka Bonerate, yang terdapat di alur pelayaran antara Pulau
Bali dan Kota Bantaeng.
Selama
ini banyak wisatawan yang berminat mengunjungi taman laut yang memiliki
karang atol terluas ketiga di dunia yang ada di wilayah perairan Pulau
Selayar tersebut, namun tak kesampaian lantaran urusan transportasi
untuk mencapai lokasi masih terbilang ribet.
Wisatawan
mancanegara yang akan ke Selayar, terlebih dahulu harus ke Kota
Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Dari sini barulah dapat
memilih sarana transportasi, melalui jalur darat, laut atau udara ke
Pulau Selayar. Pembukaan jalur wisata BB dipastikan juga akan merupakan
jawaban masalah mengapa taman laut terindah tersebut selama ini masih
saja sepi dari kunjungan wisatawan.
Hingga
saat ini, orang-orang masih lebih banyak memilih jalur darat dengan
angkutan bus yang tersedia setiap hari dari Kota Makassar untuk membawa
penumpang ke tujuan Pulau Selayar. Dari Kota Makassar penumpang terlebih
dahulu diangkut ke Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba (sekitar 200 km
dari Kota Makassar), untuk selanjutnya diseberangkan dengan kapal fery
sekitar 3 jam penyeberangan ke Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Selayar.
Transportasi umum melalui laut dan udara dari Makassar ke Selayar hingga
kini masih berlangsung secara reguler.
Di Kabupaten Bantaeng sendiri, para wisatawan selain dapat menikmati keindahan alam pantai Laut
Flores yang menbentang sepanjang sekitar 23 km di arah selatan kota.
Dalam tiga tahun terakhir pantai kota ini telah dikembangkan sebagai
obyek wisata dan rekreasi. Sebuah hotel berbintang kini sedang dalam
tahap pembangunan di pantai Kota Bantaeng. Bahkan pantai di ujung timur
kota — ‘Marina Beach Korongbatu’ dikemas sebagai obyek rekreasi dan
olahraga pantai, peristrahatan, dan pasar kuliner serta cendramata.
Terdapat
sejumlah obyek wisata tirta yang sejuk dan menawan, berupa mata air dan
air terjun, seperti air terjun Bissappu dan air terjun Bantimurung di
Desa Bontosalluang (11 km dari pusat kota).
Air terjun Sungai Bialo di Desa Pattaneteang (kl 25 km dari pusat kota,
perbatasan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba). Permandian mata
air alam Eremerasa di Desa Kampala (kl.15 km dari pusat kota).
Menariknya di sekitar permandian alam ini merupakan wilayah pengembangan
tanaman buah-buahan seperti manggis, rambutan, dan termasuk durian.
Bagi
wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan kehidupan asli
masyarakat pegunungan, sebuah kawasan agrowisata sedang dikembangkan
oleh Pemkab Bantaeng di wilayah berketinggian 1.300 m dari atas
permukaan laut di Kecamatan Ulu
Ere. Udara dingin, tarian halimun sepanjang hari, pemandangan bibir
pantai dari ketinggian, tanaman apel, strawbery dan berbagai jenis buah
serta sayuran dengan dinamika kehidupan petaninya merupakan obyek
menawan di kawasan ini.
‘’Ulu
Ere lebih sejuk dan indah dibanding kawasan wisata Malang di Jawa
Timur,’’ komentar seorang mahasiswa yang pernah nginap selama tiga hari
di penginapan Loka Camp yang ada di kawasan agrowisata Ulu Ere. Hanya
sekitar 30 menit perjalanan kita sudah dapat mencapai Kawasan Ulu Ere
yang letaknya sekitar 24 km di arah utara Kota Bantaeng tersebut.
Jika
jalur BB terbuka, inilah paket wisata pertama yang memadukan obyek
wisata pantai dan alam pegunungan yang dapat dinikmati sekalipun dalam
jangka singkat, hanya 3 kali 24 jam perjalanan.
Bahkan
dalam perbincangan dengan Bupati Nurdin Abdullah, jika jalur BB
terbuka, maka akan tercipta sebuah jalur pintu masuk yang baru untuk
mendinamisasikan obyek wisata lainnya yang telah lama ada di Provinsi
Sulawesi Selatan. Terutama obyek wisata alam Malino di Kabupaten Gowa
dan obyek wisata pembuatan Perahu Phinisi Tradisional plus Pantai Bira
di Kabupaten Bulukumba. Termasuk akan membuka jalur Pintu Gerbang baru
untuk masuk ke Provinsi Sulawesi Selatan melalui wilayah selatan yang
selama ini hanya jadi koridor wisata.
Dari
wilayah Ulu Ere Bantaeng, kawasan wisata pegunungan Malino (Gowa) hanya
berjarak sekitar 25 km. ‘’Selama ini sebenarnya sudah ada mata jalan,
tinggal diperbaiki sedikit lalu diaspal maka akses ke Malino akan
lancar,’’ jelas Nurdin Abdullah yang mengistilahkan ‘tutup mata’
menginvestasi sekitar Rp13 miliar untuk pembuatan jalan hotmix bagi
pengembangan kawasan agrowisata Ulu Ere di wilayahnya.
Pelabuhan
Mattoanging di pesisir pantai Kota Bantaeng sangat memungkinkan
dikembangkan sebagai pelabuhan kontainer maupun untuk pengangkutan
penumpang ke kawsan timur terutama ke arah Pulau Bali dan Lombok. Bagi
Pemkab Bantaeng tentu saja kehadiran alur pelayaran BB akan dapat
dimanfaatkan untuk memasarkan hasil sayur mayur masyarakat Bantaeng yang
kini masih merupakan daerah penghasil tanaman hortikultura terbesar di
Sulawesi Selatan.
Ibukota
kabupaten Bantaeng sendiri dalam tangan kepemimpinan Bupati Nurdin
Abdullah sebagai Bupati Bantaeng, berkembang begitu pesat sebagai sebuah
kota pusat pelayanan dan pertumbuhan di wilayah selatan Sulawesi
Selatan. Sebuah rumah sakit bertaraf internasional sedang dibangun di
Kota Bantaeng untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga sejumlah
kabupaten di bagian selatan Sulawesi Selatan yang selama ini selalu
bergantung dengan pelayanan kesehatan rumah-rumah sakit yang ada di Kota
Makassar.
Selain
telah dibangun depo penyedian gas wilayah selatan, Pemkab Bantaeng juga
berencana untuk mendistribusikan potensi air tawar yang dimiliki ke
daerah tetangganya Kabupaten Jeneponto. Kota Bantaeng yang pertama di
Sulawesi Selatan memanfaatkan energi matahari untuk lampu pengatur
lalu-lintas kotanya.
Tahun
2010 Kota Bantaeng memperoleh penghargaan Adipura, namun dengan alasan
kriteria penilian diperluas kota yang berjuluk ‘Butta Toa’ ini sekalipun
kondisi kebersihan dan penataan lingkungannya lebih baik dibanding
tahun sebelumnya, namun tidak diberi penghargaan Adipura untuk tahun
2011. ‘’Sekalipun begitu, kami tetap bertekad menjadikan Kota Bantaeng
sebagai Kota Bebas Debu tahun 2012 nanti,’’ ujar Nurdin Abdullah.
Sejalan
dengan pemikiran Nurdin Abdullah, banyak pihak setuju apabila dibuat
sebuah grand design baru jalur wisata di Indonesia untuk dijadikan
patokan serta sasaran pengembangan. ‘’Jalur wisata Parepare – Pinrang –
Enrekang ke daerah wisata Tana Toraja yang sudah terbuka saat ini pesona
alamnya lebih menawan dan variatif, lebih singkat sekitar 40 kilometer
dibandingkan jika melalui jalur wisata yang lama dari Parepare – Sidrap –
Enrekang – Tana Toraja,’’ kata seorang pejabat dari kantor urusan
pariwisata di Kabupaten Pinrang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar